Laman

Sabtu, 31 Agustus 2013

hubungii akuuhh :D


paket kecantikan


PROMO 4
Paket Kecantikan ::

A. Paket Awal : 
1 botol Zinc Capsules untuk menormalkan kembali metabolisme tubuh
1 botol Vitaline Softgels untuk meremajakan dan memberi vitamin untuk kulit
Harga Normal : Rp. 367.000,- /paket
HARGA PROMO : Rp. 335.000,- /paket


B. Paket FULL :
1 botol Zinc Capsules untuk menormalkan kembali metabolisme tubuh
1 botol Vitaline Softgels untuk meremajakan dan memberi vitamin untuk kulit
1 botol Double Cellulose untuk mendetoksifikasi racun di dalam tubuh
Harga Normal : Rp. 577.000,- /paket
HARGA PROMO : Rp. 530.000,- /paket

paket penggemukan


PROMO 3
Paket Penggemukkan

Paket 1 : 
1 Zinc + 1 Spirulina : ( zinc untuk 15 hari, spirulina 30 hari)
Harga Normal : Rp. 388.000 Harga Promo : Rp. 350.000
Paket 2 :
2 Zinc + 1 Spirulina : (Zinc untuk 30 hari, spirulina 30 hari)
Harga Normal : Rp. 500.000 Harga Promo : Rp. 450.000

paket pelangsing



Promo 2
Paket Pelangsing ::

A. PAKET DETOKS AWAL :
1 Btl Tiens Double Cellulose Tablets
1 Box Tiens Jiang Zhi Tea
HARGA NORMAL : Rp. 310.000,- /paket
HARGA PROMO : Rp. 285.000,- /paket

B. PAKET DETOKS KOMPLIT :
1 Btl Tiens Double Cellulose Tablets
1 Box Tiens Jiang Zhi Tea
1 Botol Tiens Chitin Chitosan Capsules

HARGA NORMAL : Rp. 664.000,- /paket
HARGA PROMO : Rp. 584.000,- /paket

Paket Peninggi



PROMO 1
Paket Peninggi Badan ::

PAKET 10 HARI PENINGGI BADAN : 
1 box Nutrient High Calcium Powder (NHCP) + 1 botol Zinc Capsules
Harga Normal Rp. 300.000,- /paket
Harga Promo Rp. 275.000,- /paket

Selasa, 23 April 2013

#9 Laporan KKL III @Cangar


LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)
OBSERVASI TUMBUHAN PAKU DI CANGAR

Dosen Pengampu :      Drs Sulisetjono , M.Si
                                       Ainun Nikmati Laily, M.Si




Oleh :

Nama : Rizkia Rodhia Rohima
NIM : 11620063


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2013





Daftar Isi
Daftar Isi…………………………………………………………………………………….……..………1
A.     Latar Belakang. 2

 







BAB I

PENDAHULUAN


A.          Latar Belakang


      Tumbuhan paku atau paku-pakuan adalah sekelompok tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya. Pteridophyta masih menggunakan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dn fungi. Pteridophyta merupakan suatu golongan tumbuhan yang  mempunyai daur perkembangan dengan pergiliran keturunan yang beraturan.  Tumbuhan ini juga banyak ditemukan di darat, biasanya juga menempel pada substrat.
      Tumbuhan paku dapat hidup di atas tanah atau batu, menempel di kulit pohon (epifit), di tepi sungai di tempat-tempat yang lembap (higrofit), hidup di air (hidrofit), atau di atas sampah atau sisa tumbuhan atau hewan (saprofit). Sebagian besar tumbuhan paku mempunyai batang yang tumbuh di dalam tanah yang disebut rhizoma. Akar pada tumbuhan paku bersifat seperti serabut yang ujungnya dilindungi oleh kaliptra (tudung akar). Batang pada sebagian besar paku tidak terlihat karena berada di dalam tanah dalam bentuk rimpang. Akan tetapi, ada pula tumbuhan paku yang memiliki batang di permukaan tanah yang bercabang, seperti pada Cyathea. Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (Iqbal, 2008).
       Untuk lebih mengetahui secara langsung ciri morfologi, struktur tubuh dan kondisi lingkungan habitat dari berbagai  jenis tumbuhan  paku, maka dilaksanakanlah  kuliah kerja lapangan (KKL) Taksonomi Tumbuhan Tingkat Tinggi ini untuk mengidentifikasi keanekaragaman tumbuhan paku di daerah hutan Cangar.

B.  Tujuan

    Tujuan dari praktikum ini adalah untuk da[at mengidentifikasi tumbuhan paku dengan melihat ciri-ciri secara morfologi.





















BAB II

METODOLOGI

 

A. Alat dan Bahan

A.1  Alat-alat yang digunakan pada kegiatan ini adalah :
1. Kamera                                         Seadanya
2. Penggaris                                                1 buah
3. Bolpoint/Pensil                             1 buah
4. Spidol                                           1 buah
5. Penghapus karet                           1 buah
6. Kertas Label                                  Secukupnya
7. Papan dada                                   1 buah

A.2 Bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah:
Tumbuhan Paku
1.     Ophioglossum sp.
2.     Selaginella sp.
3.     Angiopteris avecta






BAB III

PEMBAHASAN


a.      Ophioglossum sp.

Hasil Pengamatan
Gambar Literatur
 Description: Gambar
Description: Gambar

Nama umum
Indonesia      : Paku simbar Gadang

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas: Psilotopsida
Ordo: Ophioglossales
Famili: Ophioglossaceae
Genus: Ophioglossum
Spesies: Ophioglossum pendulum
           



Berdasarkan Hasil pengamatan yang didapat dan dibandingkan dengan literature, didapatkan hasil yang saya bahas seperti ini :

MORFOLOGI
1). Akar
Akarnya sedikit dan rimpangnya berdaging, berbentuk seperti pita dan ujungnya tumpul, pada bagian pangkalnya menyempit.

2). Daun
Bentuknya hamper menpunyai paku tanduk uncal, daun-daunnya lemah.

3). Spora

Sporanya terletak antara lekukan-lekukan bulir, dan warnanya hijau. Rhizoma tuberosus, untuk 1 m diameter, 7 mm tinggi, bantalan akar berdaging banyak. Daun sekitar 18 cm panjang, 3 pada rimpang; Phyllomophore sampai 30 cm; trophophyll oblong-lan ceolate, akut di puncak, sempit cuneate di pangkalan, 4,5-6,5 cm. 1,3-1,8 cm lebar; berbeda costae di permukaan keduanya; urat melapisi dengan gambaran yang mirip kisi-kisi, areoles utama 3 atau 4 baris pada setiap sisi costae, aredes lebih kecil, sering dengan termasuk veinlets bebas; tekstur agak berdaging, lembut rumputan; sporophyll sederhana, dengan tangkai sekitar 10 cm, paku menjadi 4,5 cm. sporangia sekitar 0,5 mm; spora gelap, dengan agak kasar melapisi dgn gambaran yg mirip kisi-kisi exospore (Gembong, 2009).

4). Batang
Batang di dalam tanah yang pendek, pada bagian bawah masi mempunyai protostele, tetapi ke atas mengadakan diferensiasi dalam berkas pengangkutan (Iqbal, 2008).

5). Protalium
Protalium berumah satu, tidak mengandung klorofil, didalam tanah, dan hidup sebagai saprofit dengan pertolongan cendawan mikoriza. Anteridium dan arkegonium terbenam dalam jaringan protalium yang berbentuk umbi dan dapat berumur sampai beberapa tahun. Anteridium menyelubungi suatu kompleks jaringan spermatogen yang menghasilkan spermatozoid berbentuk spiral dengan banyak bulu-bulu cambuk. Pada beberapa jenis embrionya sampai beberapa tahun tetap di dalam tanah (Gembong, 2009).
Anggota L. Ophioglossum genus (Ophioglossaceae) (Ophioglossaceae) dikenal sebagai lidah ular or adder’s tongue ferns. atau lidah penambah pakis. Genus ini terdiri dari, seluruh dunia, sebuah 28-58 diperkirakan to 40 species pada 1969) menjadi 40 spesies Di India, itu diwakili oleh 12 spesies. Pullaiah et al. et al. (2003)) mencatat tiga spesies dari genus untuk negara bagian Andhra Pradesh, yaitu, Ophioglossum gramineum Willd., O.nudicaule L.f. gramineum L.f. Willd., O.nudicaule and O. dan O. reticulatum reticulatum L. Namun, sebelumnya Rao et al. (1999) reported O.(1999) melaporkan O. pedunculosum Desv. pedunculosum Desv. menjadi umum di perbukitan Tuni Godavari Timur Kabupaten yang identik dengan Ohioglossum costatum R.Br. Ohioglossum costatum R.Br. Yang berbeda, luas jenis sering salah diidentifikasi dengan O. nudicaule O. nudicaule Lf Kehadiran upaya kertas untuk melihat ini masalah dan menambahkan catatan pada lapangan identitas dan terjadinya pakis paleotropical, Ophioglossum costatum R.Br di Andhra Pradesh (Dasuki,1991)
Bangsa Ophioglossales hanya terdiri atas satu suku Ophioglossaceae dengan beberapa jenis saja. Tumbuhan ini biasanya mempunyai Ophioglossaceae bersifat isospor.. Akar di bentuk lebih dulu daripada daun dan tunasnya. Ophioglossaceae hidup sebagai paku tanah dan epifit. Daun yang steril bertepi rata atau berbagai menggarpu 1-2 kali, bertulang jala tanpa ibu tulang yang nyata. Contoh Ophioglossum vulgatum(eropa), Ophioglossum reticulatum (indonesia). Ophioglossum pendulum L. merupakan anggota dari suku Ophioglossaceae, biasa disebut simbar gadang, kumpai lubang, atau daun rambut. Biasanya tumbuh epifi t di pohon besar di tempat ternaung pada ketinggian sekitar 1.040 m dpl, yang khas dari jenis ini adalah daun-daunnya tumbuh menjuntai sepanjang kurang lebih 1,5 m. Daunnya tunggal, berbentuk seperti pita, bercabang. Bila tumbuh di tempat terbuka daunnya lebih sempit dan percabangan lebih banyak. Bulir yang mendukung spora terletak di bagian pangkal daun, panjang sekitar 20 cm. Spora terletak diantara lekukan-lekukan bulir. Jenis ini tersebar di Madagaskar, Asia Tropika, Polinesia, Assam Utara, Indo-China, Hainan, Malaya, Indonesia dan Australia. Dijumpai di hutan dataran rendah maupun pegunungan sampai ketinggian 1.600 m dpl (Dasuki,1991).

HABITAT
Menggantung dan tumbuh pada jenis tumbuhan tertentu, terutama pohon palem, ketinggian mencapai 1600 m dpl. Reproduksi: Seksual dengan membentuk sporangium, sedangkan aseksual dengan bantuan spora (Iqbal, 2008)

Manfaat
        Sebagai tanaman hias simbar gedang yang menarik, daun simbar gedang yang dihaluskan dan dicampur dengan minyak kelapa dapat dipakai untuk obat luar. Keasaman: 5,5, kebasaan: 6,5 (Abdurrahim, 2006)


b.       Selaginella sp.

Hasil Pengamatan
Gambar Literatur
 Description: Gambar
 Description: Gambar

Nama lokal : Paku rambat

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
        Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
             Divisi: Lycopodiophyta
                        Kelas: Lycopodiopsida
                                    Ordo: Selaginellales
                                                Famili: Selaginellaceae
                                                            Genus: Selaginella
                                                                        Spesies: Selaginella sp.

Deskripsi :
        Tanaman merambat. Daun seperti cabang yang berasal dari akar Merupakan paku  heterosporous (megaspora dan mikrospora) Struktur telah di sebut ligues.
Habitat :
        Selaginella sp banyak ditemukan di hutan tropis, beberapa jenis diantaranya dapat hidup di daerah yang kering, sehingga menyerap banyak air ketika musim hujan tiba (Iqbal, 2008).
Morfologi :
1). Daun
        Selaginella sp merupakan tumbuhan paku berdaun majemuk, bentuk daun kecil-kecil, daun seperti cabang yang berasal dari akar,tumbuh merambat, bertangkai tidak mengkilat, sorus tidak berbentuk cincin, tidak memiliki serbuk perak,ental subur tersusun dalam karangan yang disebut strobili yang terletak di ujung percabangan (Gembong, 2009).

2). Batang
        Batangnya tidak berongga.
3). Akar
        Akar bercabang-cabang
4). Sporangium
        Sporangium terdapat pada ketiak daun serta berkumpul membentuk seperti kerucut disebut strobilus dan spora terdapat di tepi daun.

Skema Daur
        Mikrospora akan tumbuh menjadi mikroprotalium, sedangkan makrospora akan tumbuh menjadi makroprotalium. Selanjutnya, mikroprotalium membentuk mikroogametofit yang akan menghasilkan anteridium dan akan menghasilkan sperma. Sebaliknya makroprotalium membentuk makrogametofit yang akan menghasilkan arkegonium dan akan menghasilkan ovum. Jika terjadi fertilisasi antara sperma dan ovum, maka akan menghasilkan tumbuhan paku. Dan tumbuhan paku ini akan berkembang menghasilkan spora, demikian seterusnya. Selaginella sp bersifat heterospora dengan gametofit yang uniseksual. Setiap sporofilnya mempunyai sporangium tunggaal pada permukaannya. Megasporangium tumbuh pada megastropil dan mikrosprangium tumbuh pada mikrosporofil. Kedua tipe sporofil tersebut pada satu strobilus (Gembong, 2009).
        Gametofit jantan (mikrogametofit) tetap tumbuh di dalam mikrospora (gametofit endosporik). Pada perkembangannya gametofit jantan hanya terdiri dari satu sel protalial dan satu anteridium yang selanjutnya menghasilkan beberapa sperma biflagela (Dasuki,1991).
        Gametofit betina (megagametofit) tumbuh dengan pecahnya dinding megaspora. Bagian yang menonjol keluar dari dinding megaspora. Bagian yang menonjol keluar dari dinding megaspora adalah bagian gametofit yang mendukung arkegonia. Pada beberapa jenis dilaporkan bahwa bagian yang menonjol keluar mampu melakukan fotosintesis,walaupun pada umumnya makanan disediakan oleh megaspora. Pada umumnya fertilisasi terjadi setelah gametofit dilepaskan dari strobilus. Setelah terjadi fertilisasi,sporofit muda tetap tergantung sepenuhnya pada gametofit,selanjutnya perlahan-lahan melepaskan diri dari gametofit (Dasuki,1991)
Manfaat dan kerugian :
        Selaginella sp dijadikan sebagai tanaman hias, tidak heran harga jualnya pun bermacam-macam tergantung jenisnya. Kerugiannya, beberapa jenis Selaginella ini memiliki zat asam sikimat yang dapat mengganggu pencernaan (Abdurrahim, 2006)

c.      Angiopteris avecta

Hasil Pengamatan
Gambar Literatur
 Description: Gambar
 Description: Gambar

Nama Umum
Indosesia       : Paku gajah
Inggris            : Mule’s-foot fem

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
        Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
            Kelas: Marattiopsida
                        Ordo: Marattiales
                                    Famili: Marattiaceae
                                                Genus: Angiopteris
                                                            Spesies: Angiopteris avecta

Diskripsi
        Angiopteris evecta termasuk suku Marattiaceae. Dikenal dengan nama King fern, giant fern, elephant fern, mule’s-foot fern, atau paku gajah.
        Mempunyai sinonim Polypodium evectum G. Forster dan Angiopteris palmiformis (Cav.)

Habitat
        Habitat Angiopteris evecta adalah hutan primer-sekunder di daerah tropis dan sub tropis. Jenis ini sering terdapat di dekat sungai yang ternaung, tempat miring, sepanjang jalan kecil di tempat terbuka di hutan, ditemukan mulai 0-1.200 m dpl., tersebar luas di daerah tropis mulai Madagaskar dan Asia tropis, sepanjang Asia Tenggara, sampai Australia dan Polinesia(Iqbal, 2008)

Morfologi
1)    Akar
        Pada umumnya akar paku-pakuan adalah serabut yang bercabang-cabang secara dikotom, tetapi ada pula yang bercabang monopodial atau tidak bercabang. Akar Angiopteris evecta berupa akar rimpang pendek, berdaging, besar, tegak, membentuk rumpun sampai tinggi 1 m dan diameter 0,5-1 m.

2)    Batang
        Angiopteris evecta merupakan tumbuhan paku terestrial yang sangat besar dengan morfologi batang tegak dan kokoh( Iqbal, 2008)


3)    Daun
        Angiopteras evecta berdaun majemuk ganda 2, panjang sampai 6 m, tersusun rapat di ujung akar rimpang. Tangkai daun ±1/2 dari panjang daun, bagian pangkal membengkak dengan sepasang stipula yang bentuknya membundar, panjang stipula 5 cm, lebar 7 cm. Daun panjang sampai 6 m, lebar sampai 2 m, biasanya majemuk ganda 2, permukaan atas hijau gelap, permukaan bawah lebih terang. Tangkai anak daun membesar di bagian pangkal. Anak daun jorong-lanset, panjang 1 m atau lebih. Anak-anak daun panjang 20 cm lebar 2,5 cm, jorong, tepi bergerigi dangkal, tulang daun tunggal/bercabang (Dasuki,1991).

4)    Sporangium
        Sori Angiopteris evecta berupa annulus lateral yang berkelompok rapat membentuk garis memanjang, sori tersebut berwarna merah kecokelatan, berbentuk jantung yaitu agak oval terbalik dan mempunyai indusium yang berbentuk kantung. Sori pendek, sub marginal, di garis yang tak teratur, ±0,5-1,5 mm dari bagian tepi .
        Angiopteris evecta ini dikatakan mempunyai indusium karena pada saat pengamatan dengan menggunakan mikroskop, sori bergerak dan tumbuh seperti bunga mekar dan akhirnya suatu selaput membuka. Dari membukanya selaput tersebut dimungkinkan adalah sori. Jenis Spora Angiopteris evecta adalah homospor yaitu tumbuhan paku yang mempunyai jenis spora yang sama.

Siklus hidup
        Dalam siklus hidup Pteridophyta juga terdapat pergantian generasi. Prkembangbiakan Angiopteris evecta sama dengan tumbuhan paku lainnya yaitu dengan menggunakan spora. Individu yang menghasilkan gamet disebut gametofit dan merupakan generasi yang haploid. Setelah terjadi fertilisasi akan membentuk zigot yang merupakan permulaan dari keturunan (generasi) yang haploid. Kemudian dari sini lalu terbentuk individu yang diploid dan diberi nama sporofit. Sporofit merupakan individu yang menghasilkan spora melalui pembelahan reduksi. Jadi spora ini merupakan permulaan dasi generasi yang haploid. Dari spora ini akan dapat terbentuk protalium (protalus) melalui perkecambahan dari spora (Gembong, 2009).


Manfaat
        Di Ambon daun mudanya dimakan, selain itu juga dapat digunakan sebagai obat tradisional seperti menghentikan pendarahan setelah melahirkan, obat beriberi, batuk, demam, sakit maag, obat bisul. Selain digunakan sebagai obat penggunaannya sebagai tanaman hias juga telah dilakukan. daun mudanya dimakan, selain itu juga dapat digunakan sebagai obat tradisional seperti menghentikan pendarahan setelah melahirkan, obat beriberi, batuk, demam, sakit maag, obat bisul. Selain digunakan sebagai obat penggunaannya sebagai tanaman hias juga telah dilakukan (Abdurrahim, 2006)



















BAB IV

PENUTUP


A.    Kesimpulan

Dari pengamatan kali ini dapat di simpulkan bahwa :
1.   Tumbuhan paku (Pterydhopyta) merupakan tumbuhan berkormus dan berpembuluh yang paling sederhana. Terdapat lapisan pelindung sel (jaket steril) di sekeliling organ reproduksi, sistem transpor internal, hidup di tempat yang lembap. Akar serabut berupa rizoma, ujung akar dilindungi kaliptra. Sel-sel akar membentuk epidermis, korteks, dan silinder pusat (terdapat xilem dan fleom).
2.    Tumbuhan ini benar-benar telah berupa kormus, jadi telah jelas adanya akar, batang dan daun. Ada yang hidup sebagai saprofit dan ada pula sebagi epifit. Paku menyukai tempat lembab (higrofit), tumbuhnya mulai dari pantai (paku laut) sampai sekitar kawah-kawah (paku kawah).
3.    Tumbuhan paku bereproduksi secara aseksual (vegetatif) Dan Reproduksi secara seksual (generatif). Tumbuhan paku dibedakan menjadi empat kelompok yaitu Psilotophyta, Lycophyta, Sphenophyta, dan Pterophyta. Pterophyta (paku sejati) umumnya tumbuh di darat pada daerah tropis dan subtropis. Daunnya besar, daun muda menggulung.

B.     Saran

        Untuk Kuliah Kerja Lapangan ini saran saya, pengkoordinasian antara pembimbing yang satu dengan yang lain lebih dieratkan karena sulit untuk penulisan Laporan karena tidak sinkronnya Hasil yang didapat.







DAFTAR PUSTAKA


Abdurrahim, Dudun. 2006. Tugas Tanaman dan Sistem Ruang Terbuka Hijau: Paku-pakuan. Bandung: IPB-Press
 Dasuki, Undang Ahmad. 1991. Sistematik Tumbuhan Tinggi. Bandung : ITB-Press
 Iqbal. 2008. Sistematika Tumbuhan. Jakarta: Erlangga
 Tjitrosoepomo,Gembong. 2009.Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM-Press