#24122012
Malam dingin nan gelap, pengantar tidur lelap..
Malam kian larut, ajak kita terhanyut..
Semakin sunyi lagi sepi..
Tandai hari berhenti..
Selamat tidur .. Mimpi indah :)
#25122012
Selamat Malam..
Tidurilah malam ini dengan nyaman..
Hiasilah dengan cahaya rembulan..
Berteman mimpi indah impian..
Dalam perlindungan sang pemilik malam..
Selamat Tiduur :)
Kumpulan tulisan dari seorang gadis mungil bukan malaikat yang biru seperti laut :) Tulisan sastra maupun ilmiah ;) dan berbagi apa saja yang bisa dibagikan :)
Laman
Rabu, 26 Desember 2012
Rabu, 19 Desember 2012
#3 Laporan KKL II Goes To Cangar
LAPORAN KULIAH KERJA
LAPANGAN (KKL)
TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH
STUDI LAPANGAN PENGAMATAN FUNGI,LICHENS dan LUMUT
Di Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soerjo Cangar
Dosen Pembimbing:
Drs.Sulisetitjono,M.Si
Ainun Nikmati Laily,M.si
Oleh :
Anggik Tri Mardi (11620076)
Lia Hikmatul Maula
(11620051)
Moch.Zaenal (11620042)
Rizkia Rodhia Rohima (11620063)
Rudin Wijiono (11620061)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Desember 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia terkenal dengan sebutan Jambrut
khatulistiwa, oleh sebab itu tidak mengherankan jika Indonesia merupakan
Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah baik flora maupuan
fauna.Beberapa keanekaragam flora yang di miliki Indonesia adalah
keanekaragaman Fungi, Lichens, dan Lumutnya. Perkiraan menurut Hawksworth
(1991), terdapat 1.500.000 spesies fungi di dunia dan 200.000
spesies dari 1.500.000 spesies tersebut terdapat di Indonesia (Gandjar,2006).
Selain itu,berdasarkan data Herbarium
Bogoriensis Bogor, Indonesia mempunyai 40.000 spesies lichens.Di Indonesia juga
mempunyai 1500 spesies lumut dari 4000 spesies lumut yang terdapat di bumi.
Fungi,Lichens dan Lumut dapat ditemukan di
tempat tempat yang masih terjaga kealamianya seperti hutan mengingat peranannya
sebagai indikator lingkungan.
Salah satu tempat yang mempunyai memiliki
spesies-spesies tersebut dengan keanekaragaman yang cukup adalah Taman Hutan
Raya (TAHURA) R. Soerjo Cangar. Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soerjo Cangar
adalah kawasan hutan yang terletak di Kota Batu Jawa Timur pada ketinggian
kurang lebih 1600 m di atas permukaan laut, merupakan kawasan konservasi
dibawah naungan Balai Taman Hutan Raya milik Dinas Kehutanan Provinsi Jawa
Timur terutama di wilayah Batu yang masuk kawasan Cagar Alam.
Dengan begitu banyak spesies Fungi,Linchens dan
lumut maka dirasa perlu untuk diadakanya studi lapangan guna menambah wawasan
kepada Mahasiswa Biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
terhadap keaneakaragaman spesies Fungi,Lichens dan Lumut.
1.2 Tujuan
Tujuan diadakanya penelitian ini adalah studi
lapangan keanekaragaman Fungi,Lichens dan Lumut yang berhabitat di Taman Hutan
Raya R. Soerjo Dusun Cangar Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa
Timur.
1.3 Manfaat
Manfaat dari diadakannya penelitia ini antara lain ;
a. Sebagai pelengkap dalam memenuhi perkuliahan, terutama mata kuliah
TaksonomiTumbuhan Rendah (TTR)
b. Menambah wawasan mahasiswa terutama mahasiswa biologi mengenai
keanekaragaman Fungi,Lichens dan Lumut.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat
Studi lapangan ini dilaksanakan pada hari
Minggu tanggal 02 Desember 2012 yang bertempat di daerah kawasan Taman Hutan
Raya (Tahura) R.Soeryo Cangar Batu Malang.
2.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan sebagai penunjang
dalam studi lapangan ini adalah:
1. Alat tulis
2. Alat dokumentasi (kamera
digital dan handycam)
3. Kantong plastik
4. Buku identifikasi
2.3 Cara Kerja
Langkah-langlah kerja pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Dicari lichen, lumut
(bryophyta), dan jamur (fungi) dengan menusuri jalan di kawasan Taman Hutan
Raya (Tahura) R.Soeryo Cangar Batu Malang.
2. Diambil gambar lichen,
lumut (bryophyta), dan jamur (fungi) dengan kamera digital pada setiap spesies
yang ditemukan.
3. Dimasukkan hasil temuan ke
dalam kantong plastik (cuma beberapa saja, demi menjaga kelestarian).
4. Setelah sampai di
laboratorium, dilakukan pengamatan dan dicatat ciri-cirinya secara kelompok.
5. Dibedakan berdasarkan
spesies masing-masing, diklasifikasi kemudian dideskripsikan.
6. Dibagi setiap kelompok
untuk dibahas di dalam laporan hasil studi lapangan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Marchantia polymorpha
3.1.1 Gambar
|
Gambar pengamatan
|
Gambar literature
|
|
|
(James,2009)
|
3.1.2 Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Divisi: Marchantiophyta
Kelas:
Marchantiopsida
Ordo:
Marchantiales
Famili:
Marchantiaceae
Genus:
Marchantia
Spesies: Marchantia
polymorpha
(Plantamor,2012)
3.1.3 Pembahasan
Pengamatan pertama yang kami lakukan adalah
terhadap salah satu spesies lumut hati (hepaticopsida), yaitu Marchantia
polymorpha. Berdasarkan pengamatan tersebut diketahui bahwa lumut ini
memiliki ciri-ciri antara lain talusnya berbentuk seperti bentuk dasar hati
yang terbelah menjadi dua. Talusnya memiliki panjang sekitar 5 cm dan lebar 2
cm. Warna lumut ini hijau, namun beberapa yang tampak telah dewasa berwarna
kecoklatan. Spesies yang kami temukan adalah betina karena terlihat dari
torehnya yang dalam.
Menurut literatur (Abdurrahman, 2006), Marchantia
polymorpha adalah tumbuhan yang tersebar luas pada ngarai
yang lembab dan ternaung. Beberapa hasil pengamatan menyatakan bahwa
tumbuhan ini sering tumbuh di daerah-daerah rusak akibat terbakar,
terutama di daerah lembab. Lumut hati berbentuk lembaran daun dan tumbuh
menempel di atas permukaan tanah. Permukaan atas tubuhnya berwarna hijau
dan mengkilap, sedangkan permukaan bawah penuh dengan rhizoid yang
berfungsi untuk menempel dan mengisap zat-zat makanan. Tumbuhan ini tidak
mempunyai daun dan batang. Jadi, tubuhnya berbentuk thallus.
Permukaan thallusnya terdiri dari lempengan
yang berbentuk intan, yang menunjukkan posisi ruang-ruang udara internal.
Suatu irisan melalui thallus menunjukkan ruang udara di bagian atas yang
dilindungi epidermis. Setiap ruang berhubungan dengan udara luar melalui
pori yang menyerupai cerobong analog dengan stroma. Dari dasar ruang udara
ini muncul rantai-rantai sel yang berisikan banyak sekali kloroplas.
Bagian pangkal thallusnya terdiri dari sel-sel memadat yang biasanya
mengandung butir-butir pati (Birsyam,2004).
Bagian penampang melintang tubuh sebagai
berikut (Birsyam,2004) :
- Bagian paling
atas adalah sel-sel epedermis yang dilindungi oleh kutikula. Di bawah
epidermis terdapat sel-sel yang mengandung klorofil. Susunan selnya
tidak rapat sehingga tampak adanya rongga antar.
- Bagian paling
bawah adalah epidermis bawah. Sebagian dinding selnya menonjol
membentuk benang yang di sebut rhizoid.
Perkembangbiakannya dapat secara vegetatif
maupun generatif. Reproduksi vegetatif dengan membentuk gemma atau kuncup.
Gemma ini tumbuh pada struktur yang seperti yang disebut cupule atau
kupula pada thallus bagian atas. Kupula berbentuk mangkuk dan gemmanya
sangat kecil berbentuk lensa yang menempel pada tangkai pendek di dasar
kupula. Gemma dapat terlepas bebas oleh air hujan dan bilamana gemma melekat
pada bagian pipih di tanah, maka dari bagian bawahnya keluar rhizoid, lalu
thallus yang baru akan berkembang (Indrian,1997).
Reproduksi generatif terjadi dengan membentuk
gamet. Dari thallus yang berbentuk lembaran daun, organ anteridium dan
arkegonium mencuat ke atas. Bentuk arkegonium seperti payung yang memiliki
lekuk-lekuk pada tepinya, sedangkan anteridium seperti payung yang tepinya
rata (Dewi,2006). Anteridium merupakan organ kelamin jantan yang
menghasilkan sperma dan arkegonium merupakan organ kelamin betina yang
menghasilkan ovum. Sperma yang masuk berenang dalam air untuk mencapai
ovum sehingga terjadi fertilisasi, dan menghasilkan zigot, akan tumbuh
untuk menjadi thallus baru. Anteridium mempunyai tangkai yang disebut
anteridiofor dan tangkai arkegonium disebut arkegoniofor (Dewi,2006)
3.2 Anthoceros laevis
3.2.1 Gambar
|
Gambar pengamatan
|
Gambar literature
|
|
|
(Hilman,2008)
|
3.2.2 Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Divisi: Anthocerotophyta
Kelas:
Anthocertopsida
Ordo:
Anthocerotales
Famili:
Anthocerotaceae
Genus:
Anthoceros
Spesies: Anthoceros
leavis
(Plantamor,2012)
3.2.3 Pembahasan
Pengamatan kedua oleh kelompok kami yaitu
pengamatan terhadap salah satu spesies lumut tanduk yang memiliki ukuran sangat
kecil yaitu Anthoceros leavis. Talusnya berwarna hijau. Bagian
atasnya seperti tanduk yang merupakan fase sporofit dari lumut tanduk itu
sendiri, Sedangkan bagian bawahnya yang lebar adalah fase gametofit dari lumut
tanduk tersebut. Lumut ini ditemukan pada daerah yang lembab, yaitu tepi sungai
dekat jembatan.
Lumut
tanduk merupakan kelompok kecil yang berkerabat dengan bryophyta lainnya tetapi
cukup berbeda untuk memisahkannya dalam kelas tersendiri yang mencakup
kira-kira 300 spesies. Genus
yang paling dikenal ialah Anthoceros, dan spesies-spesiesnya agak
umum dijumpai di tepi sungai atau danau dan acapkali disepanjang selokan, tepi
jalan yang basah atau lembab. Tubuh utama adalah gametofitnya yang berwarna
biru gelap, berlekuk-lekuk dan bentuknya agak bulat. Sel-selnya biasanya
mengandung satu kloroplas yang besar yang mencakup pirenoid, yang diduga ada
persamaan dengan pirenoid algae tertentu. Sporofit biasanya kapsul berbentuk
silinder yang berbentuk bulir dengan panjang beberapa sentimeter, dan
kadang-kadang sampai 5-6 cm. pangkal sporofit dibentuk dengan selubung dari
jaringan gametofit. Dasar kapsul meluas arah ke bawah sebagai kaki, suatu organ
yang melekat dan menyerap, terbena dalam-dalam di dalam jaringan
talusnya. Dalam beberapa segi, struktur kapsul Anthoceros menyerupai
kapsul lumut sejati (Tjitrosoepomo, 1989).
Stuktur kapsul Anthoceros leavis dalam
beberapa segi menyerupai kapsul tumbuhan lumut, suatu kondisi yang dianggap
sebagai suatu contoh untuk evolusi konvergen. Irisan melintang melalui kapsul
menunjukan kelompok sel-sel steril, yaitu kolumnela, di
tengah-tengah. Sekeliling kolumner terdapat silinder berongga yang berisi
elater dan tetrad spor-spora. Kedua struktur ini secara vertical memanjang ke
seluruh kapsul. Di luar ada zona sel-sel steril yang terlinung oleh epidermis
diselingi oleh stomata yang sama dengan stomata pada tumbuhan berpembuluh.
Adanya kloroplas dalam sel-sel daerah steril tadi menyebabkan sporofit matang
hampir seluruhnya tidak bergantung pada gametofit akan bahan makanan, meskipun
masih memerlukan air dan mineral dari gametofit. Bila menjadi matang, dinding
kapsul membelah menjadi dua katup dan spora-spora dilepaskannya (Indah,2009).
Setelah beberapa saat tumbuh, kapsul itu
memanjang karena aktivitas daerah meristematik di dasarnya. Zona ini
menghasilkan semua macam sel yang terdapat dalam kapsul matang jaringan steril
dan jaringan penghasil spora. Jadi, selagi spora-spora itu menjadi masak dan
ditenaskan dari bagian atas kapsul, maka spora-spora baru terus menerus
dihasilkan di bawahnya. Pada beberapa spesies, kapsulnya terus tumbuh dan
membentuk spora-spora baru selama gametofit itu hidup (Kimball, 2004).
Gametofit mempunyai talus yang berbentuk cakram
dengan tepi bertoreh, biasanya melekat pada tanah dengan perantara
rizoid-rizoid. Susunan talusnya masih sederhana. Sel-selnya hanya mempunyai
satu kloroplas dengan satu pirenoid yang besar, hingga mengingatkan kita pada
koloroplas sel-sel gangang. Pada sisi bawah talus terdapat stoma dengan dua sel
penutup yang berbentuk ginjal. Stoma itu kemudian hampir selalu terisi dengan
lender. Beberapa anterodium terkumpul dalam satu lekukan pada sisi atas talus,
demikian pula arkogeniumnya. Zigo mula-mula membelah menjadi dua sel dengan
satu dinding pemisah melintang. Sel yang diats terus membelah-belah dan
merupakan sporogonium, yang bawah membelah-belah merupakan kaki sporogonium.
Sel-sel yang mempunyai kaki sporogonium. Berbentuk sebagai rizoid, melekat pada
talus gametofitnya. Bagi sporogonium, kaki itu berfungsi sebagai alat penghisap
(Haustorium). Sporogonium tidak bertangkai, mempunyai bentuk seperti tanduk,
panjangnya 10-15 cm. jika telah masak pecah seperti buah polongan. Sepanjang
poros bujurnya terdapat jaringan yang terdiri dari beberapa deretan sel-sel
mandul yang dinamakan kolumela. Kolume itu diselubungi oleh
jaringan yang diselubungi oleh jaringan yang akan mengasilkan spora, yang
disebut arkespora. Selain spora, arkespora juga menghasilkan
sel-sel mandul yang dinamakan elatera. Berbeda dengan lumut hati
lainnya masaknya kapsul spora pada sporogonium itu tidak bersama-sama, akan
tetapi dimulai dari atas dan berturut-turut sampai pada bagian bawahnya.
Dinding sporogoni yang mempunyai stomata dengan dua sel penutup dan selain itu
sel-selnya mengandung koloroplas (Campbell, 2008).
3.3.1 Gambar
3.3.2 Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Divisi: Briophyta
Kelas:
Briopsida
Ordo:
Polytricales
Famili:
Polytrichaceae
Genus:
Polytricum
Spesies: Polytricum
commune
(Plantamor,2012)
3.3.3 Pembahasan
Pengamatan
selanjutnya yaitu terhadap lumut daun atau Briophyta yaitu pada genus
Polytricum spesies Polytricum commune yang kami temukan hampir
di banyak lokasi penelitian. Ukuran talusnya terlihat lebih besar dari lumut
tanduk. Membentuk koloni yang luas dan batangnya tegak sekitar 5 cm. Memiliki
rhizoid yang berupa benang-benang seperti akar.
Menurut (Birsyam, 1992) Polytricum
commune memiliki cirri-ciri antara lain Tangkainya tegak, bentuk
sporangiumnya bulat lonjong, memiliki kaliptra sebagai ujung yang menutupi
sporangium. Kapsul merupakan tangkai yang mendukung arkegonium dan
anteredium.Filoid adalah bagian tubuhnya yang menyerupai daun. Sementara rizoid
adalah bagian yang berfungsi menyerap zat-zat hara. Memiliki juga sporangium
sebagai kotak spora yang merupakan alat perkembangbiakan. Seta adalah pendukung
anteredium dan arkegonium.
Secara anatomi pada sisi perut tulang terdapat
lamella yang membujur. Organ daunnya terdiri atas beberapa sel. Lumut
berkembangbiak dengan spora, Spora tumbuh menjadi Protonema, kemudian menjadi
Tumbuhan lumut. Tumbuhan lumut terbagi menjadi anteridium yang menghasilkan
sperma dan akegonoium yang menghasilkan ovum. Peleburan keduanya menghasilkan
zigot dan tumbuh menjadi embrio. Embrio terus tumbuh menjadi sporangium dan menghasilkan
spora (Mulyanto, 1992).
3.4 Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)
3.4.1 Gambar
|
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literature
|
|
|
|
3.4.2 Klasifikasi Pleurotus ostreatus
Kingdom : Fungi
Divisi : Mycota
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Tricholomataceae
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus
ostreatus
3.4.3 Pembahasan
Hasil
pengamatan dari jamur Pleurotus ostreatus yang kami
temukan di batang pohon yang telah tumbang, di Hutan Lindung Cangar, Malang ini
menunjukkan secara morfologi, Tudung mempunyai diameter 4-15 cm atau lebih,
bentuk seperti tiram, cembung kemudian menjadi rata atau kadang-kadang
membentuk corong; permukaan licin, agak berminyak ketika lembab, tetapi tidak
lengket; warna bervariasi dari putih sampai abu-abu, cokelat, atau cokelat tua
(kadang-kadang kekuningan pada jamur dewasa.
Daging tebal, berwarna putih, kokoh, tetapi
lunak pada bagian yang berdekatan dengan tangkai; bau dan rasa tidak
merangsang. Bilah cukup berdekatan, lebar, warna putih atau keabuan dan sering
kali berubah menjadi kekuningan ketika dewasa. Tangkai tidak ada atau jika ada
biasanya pendek, koko, dan tidak di pusat atau lateral (tetapi kadang-kadang di
pusat), panjang 0,5-4,0 cm, gemuk, padat, kuat, kering, umumnya berambut atau
berbulu kapas paling sedikit di dasar. Cadar tidak ada. Jejak spora putih
sampai ungu muda atau abu-abu keunguan, berukuran 7-9 x 3-4 mikron, bentuk
lonjong sampai jorong, licin, nonamiloid.2. HabitatJamur tiram tumbuh soliter,
tetapi umumnya membentuk massa menyerupai susunan papan pada batang kayu. Di
alam, jamur tiram banyak dijumpai tumbuh pada tumpukan limbah biji kopi
(Estiati, 1995)
Tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang
tumbuh menyamping (bahasa Latin pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus)
sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus . Bagian
tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga
putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung
mulus sedikit berlekuk. Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia berwarna
putih yang bisa tumbuh dengan cepat (Latifah, 2004)
3.4.4 Manfaat
Manfaat dari Jamur Tiram selain dapat di sayur,
jamur tiram juga dapat diolah menjadi makanan lain, misalnya kerupuk, bahkan di
Eropa dan Amerika, Jamur Tiram sering dikonsumsi langsung, dijadikan semacam
sayuran pada pembukaan salad. Dan paparan tersebut diketahui bahwa pangsa pasar
untuk produk budidaya jamur tiram terbuka lebar, disamping kebutuhan konsumen
setempat setiap hari (Abdurrahman.2006).
3.5 Jamur Kayu (Ganoderma lucidum)
3.5.2 Klasifikasi Ganoderma lucidum
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Agaricomycetes
Ordo : Polyporales
Family : Ganodermaceae
Genus : Ganoderma
Spesies : Ganoderma
lucidum
3.5.3 Pembahasan
Di alam, jamur ling zhi merupakan parasit pada
kelapa sawit. Oleh karena itu secara umum habitat/lokasi yang cocok
untuk pertumbuhan kelapa sawit akan cocok untuk pertumbuhan jamur ling zhi.
Ling zhi dapat dibudidayakan di dataran rendah
sampai ketinggian 600 m di atas permukaan laut. Di atas ketinggian 600 m Ling
Zhi masih dapat tumbuh dengan baik hanya saja umur panennya menjadi
lebih lama sedangkan di dataran rendah pertumbuhan jamur Ling
zhi akan lebih cepat dan produksinya lebih banyak (Heddy.1990).
3.5.4 Sejarah Ling Zhi
Ling zhi (Cina), reishi (Jepang) atau yeongji
(Korea) adalah jamur yang termasuk dalam jenis Ganoderma lucidum. Berdasarkan
sejarah Cina, ling zhi pertama kali ditemukan oleh seorang petani yang bernama
Seng Nong. Ia dijuluki sebagai petani yang suci (holyfarmer). Menurut Seng
Nong, hal terpenting dari sebuah tanaman obat adalah bila dikonsumsi dalam
jangka waktu yang lama tidak menimbulkan efek samping. Sekitar 2400 tahun yang
lalu, pada masa Dinasti Shu, ling zhi sangat langka dan hanya digunakan untuk
pengobatan raja-raja dan bangsawan di Cina. Kasiar Shih Huang Ti (259-210 SM),
pendiri tembok besar Cina, juga menggunakan jamur ling zhi sebagai obat hidup
abadi (Heddy.1990).
Jenis jamur ini memiliki tangkai yang menancap
ke dalam media atau substrat dengan ukuran panjang antara 3-10 cm. Di ujung
tangkai terdapat tubuh buah berbentuk seperti setengah lingkaran yang melebar
dengan garis tengah antara 10-20 cm. Tubuh buah mula-mula berwarna
kekuning-kuningan saat masih muda, yaitu pada umur 1-2 bulan, kemudian berubah
menjadi merah atau cokelat tua. Tubuh buah inilah yang kemudian dipanen untuk
dijadikan bahan baku pembuat obat-obatan, termasuk jamu (Heddy.1990).
3.5.5 Manfaat
Manfaat Jamur Lingzhi untuk kesehatan. Seperti,
Ganotherapy adalah metode pemeliharaan kesehatan dengan mempergunakan ganoderma
dan dapat dikategorikan dalam ilmu pengobatan holistik. Ganotherapy berprinsip
bahwa tubuh kita sebenarnya mampu mengatasi segala macam gangguan kesehatan
apabila sistem dalam tubuh kita bekerja dengan baik, terutama sistem kekebalan
tubuh kita (imune body system) (Heddy.1990).
3.6 Jamur Kuping (Auricularia auricular
3.6.1 Gambar
3.6.2 Klasifikasi Auricularia auricular
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Heterbasidiomycetes
Ordo : Auriculariales
Family : Auriculariceae
Genus : Auricularia
Spesies : Auricularia
auricula
3.6.3 Pembahasan
Hasil pengamatan dari perjalanan di Hutan
Lindung Cangar, yaitu karakteristik dari jamur kuping ini adalah memiliki tubuh
buah yang kenyal (mirip gelatin) jika dalam keadaan segar. Namun, pada keadaan
kering, tubuh buah dari jamur kuping ini akan menjadi keras seperti tulang.
Warna tubuh buah jamur kuping pada umumnya hitam atau coklat kehitaman akan
tetapi adapula yang memiliki warna coklat tua.
Jenis jamur kuping yang paling memiliki nilai
bisnis tinggi adalah yang warna coklat pada bagian atas dan warna hitam pada
bagian bawah, serta ukuran tubuh buah kecil. Jamur kuping merupakan salah satu
jamur konsumsi yang umum dikeringkan, kemudian direndam dengan air dalam waktu
relatif singkat dapat kembali seperti bentuk dan ukuran segarnya (Fried.2006)
3.6.4 Manfaat
Kandungan nutrisi jamur kuping terdiri kadar
air, protein, lemak, karbohidrat, serat, abu dan nilai energi sebesar 351 kal.
Kandungan lemak di dalam jamur, lebih dari 72% lemak yang aman dan sehat
dikonsumsi. Vitamin di dalam jamur ini sendiri terdiri atas vit. B-1, vit. B-2,
niasin, biotin, vitamin C, dan sebagainya. Sedangkan, kandungan mineral jamur
ini tersusun oleh K, P, Ca, Na, Mg, Cu, dan beberapa elemen mikro lainnya.
Kandungan serat di dalam jamur berkisar antara 7,4-27,6%. Bila jamur kuping
dipanaskan maka lendir yang dihasilkannya memiliki khasiat sebagai penangkal
zat-zat racun yang terbawa dalam makanan, baik dalam bentuk racun nabati, racun
residu pestisida, dan logam berat. Kandungan senyawa yang terdapat dalam lendir
jamur kuping juga efektif untuk menghambat karsinoma dan sarkoma (sel kanker)
hingga 80-90% (Fried.2006).
3.7 Jamur Payung / Shitake (Lentinula
edodes)
3.7.1 Gambar
|
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
|
|
|
3.7.2 Klasifikasi Lentinula edodes
Kerajaan : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Homobasidiomycetes
Ordo : Agaricaless
Famili : Marasmiaceae
Genus : Lentinula
Spesies : Lentinula edodes
3.7.3 Pembahasan
Jamur ini berbentuk seperti payung, warnanya
berkisar dari cokelat sampai cokelat tua. Memiliki rasa yang kuat dan mengandung
lentin yang mampu memicu produksi interferon, pelawan virus dan bakteri yang
mampu melemahkan daya tahan tubuh. Beberapa studi di Penn State University,
Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa jamur ini mengandung 40 kali antioksidan
yang terdapat pada gandum. Kemampuan jamur ini telah membuat para ilmuwan
tertarik untuk memanfaatkannya sebagai bahan penambah daya tahan tubuh.
Dibandingkan dengan jamur maitake, jamur ini
lebih tahan lama karena bisa bertahan sampai 14 hari berada dalam kantong
kertas atau disimpan dalam lemari es. Shitake bisa dimanfaatkan untuk segala
jenis masakan, tetapi biasa digunakan sebagai campuran sup atau pasta (Tim
dosen.2006).
3.7.4 Manfaat
Jamur payung yang paling populer adalah
shitake, nilai ekonomi jamur ini relatif tinggi. Selain rasanya yang lezat,
jamur ini juga dipercaya sebagai obat kanker. Sedangkan jamur ling zhi
(ganoderma lucium) dipercaya berkhasiat mencegah influenza, selain rasanya yang
enak jamur ini juga memiliki bentuk yang indah sehingga tidak heran jika banyak
orang yang memanfaatkannya sebagai hiasan (Tim dosen.2006).
3.8 Pengertian Lichenes ( Lumut Kerak )
Lumut kerak merupakan simbiosis antara jamur
dari golongan Ascomycotina atau Basidiomycotina (mikobion) dengan Chlorophyta
atau Cyanobacteria bersel satu (fikobion). Tumbuhan ini tergolong tumbuhan
perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah. Lumut kerak bersifat
endolitik karena dapat masuk pada bagian pinggir batu. Dalam hidupnya lichenes
tidak memerlukan syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan air
dalam jangka waktu yang lama. Lichenes yang hidup pada batuan dapat menjadi
kering karena teriknya matahari, tetapi tumbuhan ini tidak mati, dan jika turun
hujan bisa hidup kembali (Indah, 2009 : 41).
Lichenes (lumut kerak) merupakan gabungan dua
tanaman yang hidup bersama (bersimbiosis), yaitu antara fungi (jamur) dan yang
berwarna hijau disebut ganggang (alga) sehingga secara morfologi dan fisiologi
merupakan suatu kesatuan. Ganggang membuat makanan untuk jamur. Sebab utama
hijau yang dimilikinya memungkinkan ganggang melakukan proses fotosintesis,
memasak makanan. Sementara itu, tugas jamur adalah member perlindungan terhadap
kekeringan. Lichenes adalah tanaman yang hebat. Berbeda dari lumut
biasa yang tumbuh di tempat lembap, lichenes bias tumbuh di tempat-tempat yang
sulit, tempat yang sangat dingin dan kering. Lichenes ini hidup secara epifit
pada pohon-pohonan tetapi dapat juga hidup di atas tanah terutama di daerah
sekitar kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai dan juga gunung-gunung
yang tinggi (Tjitrosoepomo, 1989).
3.9 Morfologi Lichenes
Tubuh lichenes dinamakan thalus yang secara vegetative mempunyai kemiripan
dengan alga dan jamur. Thalus ini berwarna
abu-abu atau abu-abu kehijauan. Beberapa
spesies ada yang berwarna kuning, oranye, coklat atau merah dengan habitat
yang bervariasi. Bagian tubuh
yang memanjang secara seluler dinamakan hifa.
Hifa merupakan organ vegetative dari thalus atau miselium yang
biasanya tidak dikenal pada jamur yang bukan lichenes. Alga selalu
berada pada bagian permukaan dari thalus
(Hawksworth, 1984).
Apabila lumut kerak disayat tipis kemudian
diamati di bawah mikroskop, maka akan tampak adanya jalinan hifa jamur yang
teratur dan dilapisan permukaan terdapat kelompok alga bersel satu yang
terdapat di sela-sela jalinan hifa. Secara garis besar susunan anatomi lumut
kerak dibedakan menjadi tiga lapisan, antara lain :
- Lapisan Luar (korteks) : lapisan yang
tersusun atas sel-sel jamur yang rapat dan kuat, menjaga agar lumut kerak
tetap tumbuh.
- Lapisan Gonidium : merupakan lapisan yang
mengandung ganggang dan menghasilkan makanan dengan berfotosintesis.
- Lapisan Empulur : lapisan yang tersusun
atas sel-sel jamur yang tidak rapat berfungsi untuk menyimpan cadangan air
dan tempat terjadinya perkembangbiakan (Indah, 2009:41)
Pada lumut kerak berdaun (feliose) dan perdu
(fruticose) memiliki korteks bawah yang susunannya sama dengan korteks atas,
tetapi menghasilkan sel-sel tertentu untuk menempel pada substrat atau yang
disebut dengan rizoid.
Menurut bentuk pertumbuhannya, lumut kerak terbagi menjadi tiga tipe yaitu (Indah, 2009:42) :
Menurut bentuk pertumbuhannya, lumut kerak terbagi menjadi tiga tipe yaitu (Indah, 2009:42) :
a) Krustos, jika
talus terbentuk seperti kerak (kulit keras), berukuran kecil, datar dan tipis.
melekat erat pada substratnya (batu, kulit pohon atau tanah). Contohnya :Physcia,Graphis
scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau Pleopsidium. Lichen
krustos yang tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian tubuh buahnya yang
berada di permukaan yang biasanya disebut endolitik.
b) Folios, jika
talus berbentuk seperti daun. Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti
daun yang mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda. Lichenes
ini melekat pada batu, ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi
sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan. Contohnya : Umbillicaria,
Parmelia, Xantoria, Physcia, Peltigera.
c) Frutikos, jika
talus tegak seperti semak atau menggac ntung seperti jumbai atau pita. Thallus
tumbuh tegak atau menggantung pada batu, daun-daunan atau cabang pohon.
Contohnya : Usnea longissima.
d) Squalumose, Lichen
ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang
biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan sering memiliki struktur
tubuh buah yang disebut podetia. Contoh : Psora pseudorusselli,
Cladonia carneola.
Menurut Yurnaliza (2002) disebutkan struktur morfologi dapat dalam
diwakili oleh jenis foliose karena jenis ini mempunyai empat bagian tubuh yang
dapat diamati secara jelas yaitu:
- Korteks atas,
berupa jalinan yang padat disebut pseudoparenchyma dari hifa jamurnya. Sel
ini saling mengisi dengan material yang berupa gelatin. Bagian ini tebal
dan berguna untuk perlindungan.
- Daerah alga,
merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak di bawah korteks
atas. Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar. Diantara
hifa-hifa itu terdapat sel-sel hijau, yaitu Gleocapsa, Nostoc, Rivularia
dan Chrorella. Lapisan thallus untuk tempat fotosintesa disebut lapisan
gonidial sebagai organ reproduksi.
- Medulla,
terdiri dari lapisan hifa yang berjalinan membentuk suatu bagian tengah
yang luas dan longgar. Hifa jamur pada bagian ini tersebar ke segala arah
dan biasanya mempunyai dinding yang tebal. Hifa pada bagian yang lebih
dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu yang tebal pada bagian atas dan
tipis pada bagian ujungnya. Dengan demikian lapisan tadi membentuk suatu
untaian hubungan antara dua pembuluh.
- Korteks
bawah, lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan
membentang secara vertikal terhadap permukaan thallus atau sejajar dengan
kulit bagian luar. Korteks bawah ini sering berupa sebuah akar (rhizines).
Ada beberapa jenis lichenes tidak mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini
digantikan oleh lembaran tipis yang terdiri dari hypothallus yang
fungsinya sebagai proteksi.
3.10 Perkembangbiakan Lumut Kerak (Lichen)
Perkembangbiakan lichenes melalui tiga cara, yaitu
(Indah, 2009 : 44) :
- Secara
Vegetatif
ü Fragmentasi : Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan
memisahkan bagian tubuh yang telah tua dari induknya dan kemudian berkembang
menjadi individu baru. Bagian-bagian tubuh yang dipisahkan tersebut dinamakan
fragmen. Pada beberapa fruticose, bagian tubuh yang lepas tadi, dibawa oleh
angin ke batang kayu dan berkembang tumbuhan lichenes yang baru. Reproduksi
vegetatif dengan cara ini merupakan cara yang paling produktif untuk
peningkatan jumlah individu.
ü Isidia : Kadang-kadang isidia lepas dari thallus induknya
yang masing-masing mempunyai simbion. Isidium akan tumbuh menjadi individu baru
jika kondisinya sesuai.
ü Soredia : Soredia adalah kelompok kecil sel-sel ganggang
yang sedang membelah dan diselubungi benag-benang miselium menjadi suatu badan
yang dapat terlepas dari induknya. Dengan robeknya dinding thallus, soredium
tersebar seperti abu yang tertiup angin dan akan tumbuh lichenes baru. Lichenes
yang baru memiliki karakteristik yang sama dengan induknya.
B. Secara Seksual
Perkembangan seksual pada lichenes hanya terbatas pada pembiakan
jamurnya saja. Jadi yang mengalami perkembangan secara seksual adalah kelompok
jamur yang membangun tubuh lichenes.
3.11 Klasifikasi Lichen
Lichenes sangat sulit untuk diklasifikasikan karena
merupakan gabungan dari alga dan fungi serta sejarah perkembangan yang berbeda.
Para ahli klasifikasitaksonomi seperti Bessey (1950), Martin (1950) dan Alexopoulus
(1956), berpendapat bahwa lichenes dikelompokkan dan diklasifikasikan ke dalam
kelompok jamur sebenarnya. Bessey meletakkannya dalam ordo Leocanorales dari
Ascomycetes. Smith (1955) menganjurkan agar lichenes dikelompokkan dalam
kelompok yang terpisah yang berbeda dari alga dan fungi. Lichenes memiliki
klasifikasi yang bervariasi dan dasar dasar klasifikasinya secara umum adalah
sebagai berikut (Indah, 2009 : 44):
1. Berdasarkan komponen cendawan yang menyusunnya :
A. Ascolichens.
ü Cendawan penyusunnya tergolong Pyrenomycetales, maka tubuh
buah yang dihasilkan berupa peritesium. Contoh : Dermatocarpon dan Verrucaria.
ü Cendawan penyusunnya tergolong Discomycetes. Lichenes
membentuk tubuh buah berupa apothecium yang berumur panjang. Contoh : Usnea dan Parmelia.
Dalam Klas Ascolichens ini dibangun juga oleh komponen alga dari famili:
Mycophyceae dan Chlorophyceae yang bentuknya berupa gelatin. Genus dari
Mycophyceae adalah : Scytonema, Nostoc, Rivularia, Gleocapsa dan
lain-lain. Dari Cholophyceae adalah : Protococcus, Trentopohlia,
Cladophora dll.
B. Basidiolichenes
Berasal dari jamur Basidiomycetes dan alga Mycophyceae. Basidiomycetes
yaitu dari famili : Thelephoraceae, dengan tiga genus Cora,
Corella dan Dyctionema. Mycophyceae berupa filamen yaitu
: Scytonema dan tidak berbentuk filamen yaitu Chrococcus.
C. Lichen Imperfect
Deutromycetes fungi, steril. Contoh : Cystocoleus, Lepraria,
Leprocanlon, Normandia, dll.
2. Berdasarkan alga yang menyusun thalus :
A. Homoimerus
Sel alga dan hifa jamur tersebar merat pada thallus. Komponen alga
mendominasi dengan bentuk seperti gelatin, termasuk dalam Mycophyceae.
B. Heteromerous
Sel alga terbentuk terbatas pada bagian atas thallus dan komponen jamur
menyebabkan terbentuknya thallus, alga tidak berupa gelatin Chlorophyceae.
Contoh : Parmelia.
3.12 Pembahasan Spesies Lichen
3.12.1 Usnea subfloridana
a. Gambar Usnea subfloridana
|
Pengamatan
|
Literatur
|
|
|
|
Keterangan :
- Thalus tumbuh
tegak menggantung pada pohon
- Berwarna
abu-abu kehijauan
- Memiliki
percabangan
b. Klasifikasi
Klasifikasi pada lumut kerak ini adalah sebagai berikut (Alexopoulos ,
1979) :
Kingdom Plantae
Subdivisio Lichenes
Kelas Acholichenes
Subkelas Hymenoascholichenes
Ordo Lecanorineae
Family Usneaceae
Genus Usnea
Spesies Usnea subfloridana
c. Pembahasan
Menurut pengamatan yang telah dilakukan jenis
dari lumut kerak ini termasuk ke dalam fructicose dengan morfologi tubuhnya
yang tegak, berumbai, bercabang banyak berwarna kuning , abu-abu kehijauan.
Ditemukan menggantung pada substrat yaitu batang pepohonan.
Menurut Muzayyinah (2005) Genus Usnea memiliki
thalus berbentuk fruticosa, berwarna putih kehijauan, berbulu kasar atau
berambut kasar, dikenal dengan nama lumut kerak jenggot, bahan jamu atau obat .
hidup epifit dipohon kering. Jenidnya: Usnea dasypoga (berambut kasar), Usnea
articulata (tak berambut), Usnea caratina (kerdil dan keras).
Usnea termasuk tanaman epifit tahunan, hidup
menempel pada pohon yang keras. Thalus seperti benang, tegak atau bergantungan,
tanpa rhizoid-rhizoid dan melekat pada substrat dengan suatu cakram pelekat yang
yang berasal dari lapisan teras (empulur). Thalus bercabang-cabang yang yang
bentuknya seperti serabut, kulitn seperti tanduk, rapuh atas terdiri hifa-hifa
berdinding tebal, bersepta dan tegak lurus pada poros bujur (Miharjo,1996).
Menurut Hennsen & Jahns (1974) thallus terkena insolation yang kuat biasanya akan kekuningan hijau, karena konsentrasi
tinggi kemungkinan asam usnat di korteks, yang seharusnya
melindungi ganggang terhadap cahaya yang berlebihan. Dalam
situasi teduh thalus berwarna hijau keabu-abuan yang mungkin mencerminkan konsentrasi rendah
asam usnat di korteks.
3.12.2 Cladonia macilenta
a. Gambar Cladonia macilenta
|
Pengamatan
|
Literatur
|
|
|
Keterangan Gambar :
1. Thalus melekat pada substrat yaitu
bada batang pohon
2. Thalus berwarna putih abu-abu kehijauan
3. Thalus berbentuk silindris dengan
permukaan yang kasar
b. Klasifikasi
Klasifiksi jenis lumut kerak adalah sebagai berikut :
Kingdom Plantae
Subdivisio Lichenes
Kelas Acholichenes
Subkelas Hymenoascholichenes
Ordo Lecanorineae
Family Cladoniceae
Genus Cladonia
Spesies Cladonia macilenta
c. Pembahasan
Menurut hasil pengamatan yang telah dilakukan
dapat diketahui bahwa Cladonia macilenta merupakan salah satu
jenis lichen dengan thalus yang menggantung pada pohon dengan tubuhnya yang
melekat pada dasar batang pohon. Dengan permukaan tubuh thalus yang kasar dan
berwarna putih hingga abu-abu kehijauan. Dalam hal ini, jenis dari lumut kerak
ini termasuk ke dalam lumut kerak jenis fructicosa. Hal ini dikarenakan tubuh
thalus sebagian besar menggantung pada substrat.
Dalam Muzayyinah (2005) Genus
Cladoinia thalusnya berbentuk fruticose, berwarna putih kehijauan,
membentuk ascorcap tipe apotesium yang agak membulat. Warna ascorcap ada yang
merah dan coklat kehitaman. Thalus dengan bentuk silindris dan percabangan
dikotom atau menggarpu yang sederhana dengan permukaan yang kasar (clados =
bercabang-cabang). Berkembangbiak dengan fragmentasi thalus, soredia, dan
ascorcap. Hidup di tanah yang lembab. Jenisnya: Cladonia coccifera (pendek
tebal), Cladonia squamosa (bersisik), Cladonia macilenta (thalus halus),
Cladonia furcata (tanduk cabang langsing).
3.12.3 Physcia sp.
a. Gambar
Keterangan
Gambar :
1. Thalus menempel sebagian pada
substrat yaitu pada batang pohon
2. Thalus berbentuk menyerupai
lembaran daun berwarna abu-abu kehijauan
b. Klasifikasi
Klasifikasi Physcia sp. sebagai berikut (Chang,
1978):
Kingdom: Fungi
Divisi: Lichenes
Kelas: Ascholicenes
Ordo: lecanorales
Family: Physciaceae
Genus: Physcia
Spesies: Physcia sp.
b. Pembahasan
Menurutkan pengaatan yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa jenis lumut kerak ini memiliki thalus yang sebagian menempel
pada substrat dengan berwarna putih hingga abu-abu kehijauan. Dengan bentuk
thalus yang menyerupai daun dan bagian tepi yang sedikit menjungkit.
Menurut Kurniawan (2009) lichen foliose
memiliki struktur seperti daun yang terstruktur dan tersusun oleh lobus-lobus.
Lichen ini relatif lebih longgar melekat pada substratnya. Talusnya datar,
lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian permukaan
atas dan bawah berbeda. Lichen ini melekat pada batu, ranting dengan rhizenes.
Rhizenes juga berfungsi sebagai alat untuk mengabsorpsi makanan. Contoh: Xantoria,
Physcia, Parmelia, dan lain-lain.
Lumut kerak ini juga penyusunnya dari alga
hijau dan jamur ascomycetes, talusnya berbentuk foliose, berwarna abu-abu,
percabangannya lebih halus dari Pamelia yang hampir lekat dengan substrat dan
agak membundar sehingga Physcia sp. ini sering
dikira bertalus crustose, biasanya banyak pada kulit pepohonan (Bold.1987).
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Menurut pengamatan studi lapangan yang telah
dilakukan , dapat diketahui beberapa keanekaragaman tumbuhan rendah yang kaya
pada daerah kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) R.Soeryo Cangar Batu Malang.
Seperti halnya bentuk-bentuk dari jamur makroskopik , tumbuhan lumut dan juga
lichen (lumut kerak).
Maka, dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa
pengamatan dan pengetahuan mengenai beberapa keanekaragaman tumbuhn rendah
seperti jamur, tumbuhan lumut dan lichen (lumut kerak) sangatlah berguna dan
dibutuhkan penggambaran atau aplikasi secara langsung dari pemahaman tersebut
yakni dengan pengamatan studi lapangan tersebut.
1.2 Saran
Diharapkan studi lapangan berikutnya yaitu
harus lebih baik dari yang sekarang, baik dari segi sarana dan
prasarana harus lebih diperhatikan. Efisiensi waktu perlu diperhatikan agar
dapat melakukan studi lapangan dengan benar, optimal dan mendapatkan hasil yang
sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Deden. 2006. Biologi Kelompok Pertanian dan
Kesehatan. Bandung : Grafindo Media Pratama
Alexopoulos, C.J. 1979. Introduction of Mycology. New York :
John Kliley and Sons
Birsyam,Inge.2004.Botani tumbuhan Rendah.Bandung : Biologi FMIP
ITB
Bold dan Wyne. 1987. Introduction To The Algae, Structure and
Reproduction. New Delhi : Prentice Hall Of India
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG, and Taylor MR.
2002. Biologi. 4th Ed. , Addison Wesley World
Student Series, San Fransisco.
Dewi, Puspita. 2006. Keanekaragaman Alga Makroskopis Pada Zone
Litoral di Beberapa Pantai Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Tidak
diterbitkan
Fried, George, H, danHademenos, J. 2006.Biologi edisi kedua.Yogyakarta :
Erlangga
Hawksworth. 1984. The Lichen-Forming Fungi. Chapman and Hall Publisher
Heddy, Suwasono. 1990. Biologi Pertanian. Jakarta ; Rajawali
Pers.
Indah,Najmi.2009.Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah.Jember :PGRI
Jember Tidakditerbitkan
Indriani, Hety dan Sumiarsih, Emi. 1997. Budidaya, Pengolahan,
dan Pemasaran Rumput Laut. Jakarta: Penebar Swadaya
Kimball, JohnW.Biologi Edisi Kelima Jilid 3.Jakarta :
Erlangga.1987
Miharjo, Siswo. 1996. Pemanfaatan Ekstrak Kayu Angin Usnea Sebagai
Antibakteri Terhadap Bakteri Gram Positif Dan Gram Negatif. Semarang
: FMIPA Universitas Diponegoro
Muzayyinah. 2005. Keanekaragaman Tumbuhan Tak Berpembuluh. UNS Press:
Surakarta
Tim Dosen. 2011.Penuntun Praktikum Taksonomi Tumbuhan Rendah.
Makassar : UIN Press
Tjitrosoepomo, G.,1989. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta :
Gadjah Mada
University
Press.
Yurnaliza. 2002. Karakteristik Klasifikasi dan Kegunaan Lichenes. Medan
: USU
Langganan:
Komentar (Atom)


















